Oleh Isa Alamsyah "Bego banget sih nih penulisnya." kata Asma Nadia di satu malam. Matanya menatap monitor, dan tangannya cekat...
Oleh Isa Alamsyah
"Bego banget sih nih penulisnya." kata Asma Nadia di satu malam.
Matanya menatap monitor, dan tangannya cekatan mengkutak katik kata di atas keybord.
Kata-kata kesal greget diucapkan berkali kali malam itu.
"Lihat tuh, kalimat ini jelek banget!"
Lalu ia membacakan satu kalimat.
"Bandingkan dengan yang ini!"
Lalu ia membacakan kalimat hasil editannya.
Matanya menatap monitor, dan tangannya cekatan mengkutak katik kata di atas keybord.
Kata-kata kesal greget diucapkan berkali kali malam itu.
"Lihat tuh, kalimat ini jelek banget!"
Lalu ia membacakan satu kalimat.
"Bandingkan dengan yang ini!"
Lalu ia membacakan kalimat hasil editannya.
Heran deh, kok bisa sih kalimat begitu ditulis, sergahnya lagi atas kalimat jelek yang sebelumnya dibaca.
Saya yang dari tadi jadi tumpahan emosinya simple kasih pertanyaan.
"Siapa sih tu penulisnya?"
Sang penulis menjawab, "Asma Nadia."
Saya juga tahu jawabannya, yang dicela adalah dirinya sendiri.
Asma Nadia saat ini sedang memarahi hasil karya Asma Nadia beberapa hari sebelumnya.
"Siapa sih tu penulisnya?"
Sang penulis menjawab, "Asma Nadia."
Saya juga tahu jawabannya, yang dicela adalah dirinya sendiri.
Asma Nadia saat ini sedang memarahi hasil karya Asma Nadia beberapa hari sebelumnya.
Jadi Asma Nadia sendiri sering menemukan tulisannya jelek, memalukan, dan menertawakan tulisan sendiri. Bahkan kadang memaki tulisannya sendiri.
Lihat betapa penulis seperti Asma Nadia pun melakukan kebodohan, kesalahan dan kekacauan ketika menulis.
Jadi kalau tulisan kita jelek.
Kalau karya kita buruk.
Kadang bukan karena kualitas kita, tapi kesungguhan kita yang kurang.
Kalau karya kita buruk.
Kadang bukan karena kualitas kita, tapi kesungguhan kita yang kurang.
Dengan pengalaman dan skill yang mumpuni,
Asma Nadia membaca dan mengedit ulang Jilbab Traveler-Love Spark in Korea sampai 20 kali lebih.
Dan saat mengedit kedua puluh kali, masih saja ia merasa banyak yang harus diperbaiki.
Asma Nadia membaca dan mengedit ulang Jilbab Traveler-Love Spark in Korea sampai 20 kali lebih.
Dan saat mengedit kedua puluh kali, masih saja ia merasa banyak yang harus diperbaiki.
Jadi apa Asma Nadia dengan penulis kebanyakan?
Ia mau kerja keras memperbaiki dan memperbaiki lagi.
Iia menetapkan standar tinggi untuk karyanya.
Ia mau kerja keras memperbaiki dan memperbaiki lagi.
Iia menetapkan standar tinggi untuk karyanya.
Mau sukses seperti Asma Nadia?
Minimal ikuti kerja kerasnya.
Minimal ikuti kerja kerasnya.
COMMENTS