REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia Sebuah mobil sport sangat elegan bewarna kuning bertengger di salah satu sudut ruang pameran Jakarta Int...
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia
Sebuah mobil sport sangat elegan bewarna kuning bertengger di salah satu sudut ruang pameran Jakarta International Motor Show 2014. Tidak seperti mobil lain yang dipamerkan di ruang terbuka hingga dapat dikagumi banyak orang, mobil ini terkesan nyempil di sudut sempit ruang beratap terpal.
Pemandangan yang cukup membuat saya bertanya-tanya, bagaimana mungkin mobil yang terlihat sangat mahal dan elegan, terparkir di tempat yang tidak strategis?
Ternyata, mobil yang diberi nama Selo tersebut merupakan karya anak bangsa. Lebih mengagumkan lagi, ia menggunakan bahan bakar listrik.
Selo adalah mobil dengan konsep sport car berbalut warna kuning yang tampilannya dibuat oleh perajin mobil asal Yogyakarta, 'Kupu-Kupu Malam'. Mobil rekaan para pionir mobil listrik Indonesia ini memiliki kecepatan maksimum 200 km/jam, dengan kekuatan baterai yang mampu bertahan hingga enam jam.
Melihat posisi di mana mobil mendapat tempat di JIMS 2014, saya bisa menduga bahwa keberadaannya tidak mendapat dukungan sebagaimana seharusnya, dan ternyata dugaan itu benar.
Tanpa alasan jelas, bahkan mobil yang prototipenya menghabiskan dana miliaran rupiah ini masih sulit sekali mendapat izin jalan. Jika alasan keamanan, saya yakin Selo jauh lebih aman dari bajaj buatan India yang sudah melanglang buana di mana-mana.
Kecelakaan yang sempat terjadi pada prototipe pertama, dalam pendapat saya, merupakan harga sebuah perkembangan teknologi. Kapal terbang pertama juga jatuh sebelum jauh mengudara. Tidak diinginkan tentu, tetapi merupakan bagian dari proses penyempurnaan.
Jika keraguan disebabkan alasan teknologi, meski asli Indonesia, sosok di belakang pembuatan mobil listik ini, Ricky Elson, justru sudah dikenal kiprahnya di Negeri Sakura. Pemuda asal Padang tersebut sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh Pemerintah Jepang.
Di perusahaan lamanya, Nidec Corporation, yang bergerak di bidang elektronik dan memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor, sekitar 80 persen produknya merupakan karya pemuda ini.
Apakah mobil listrik kurang mendapat dukungan dari berbagai pihak karena dikhawatirkan jika terwujud keberadaannya bakal mengancam industri otomotif nasional? Tapi, alasan itu tidak masuk akal sebab jika mobil listrik sudah sukses, otomotif dunia justru akan menyesuaikan diri karena saat ini kelangkaan bahan bakar fosil sudah menjadi ancaman dunia.
Mobil listrik seharusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah sebab memiliki banyak alasan logis yang dapat mengangkat harga diri bangsa indonesia. Pertama, BBM adalah masalah paling utama yang menggerogoti keuangan negara. Subsidi BBM menghabiskan 40 persen anggaran negara dan juga tidak tepat sasaran. Harga BBM di Indonesia termasuk termurah, lebih tepatnya nomor 13 termurah di dunia. Negara lain yang menjual lebih murah adalah negara pengekspor minyak, sedangkan Indonesia kini adalah pengimpor minyak. Bahkan, harga BBM kita lebih murah dari Venezuela dan Uni Emirat Arab yang merupakan penghasil minyak utama di dunia.
Diperkirakan dalam kurun waktu 11 tahun jika tidak ada perubahan gaya konsumsi BBM maka cadangan di Indonesia yang hanya 0,02 persen minyak dunia akan habis. Kebutuhan minyak di Tanah Air saat ini sekitar 1,6 juta liter per hari. Padahal, kilang minyak kita hanya menghasilkan 788 ribu barel setiap hari. Tanpa perubahan berarti, pada tahun 2018 Indonesia bisa menjadi pengimpor minyak terbesar di dunia.
Kedua, mobil berbahan bakar listrik adalah energi yang terbarukan dengan risiko terkecil terhadap kerusakan lingkungan. Ketika Barat mempromosikan biodiesel, sekalipun kelihatannya ramah lingkungan, kenyataannya banyak hutan alam yang ditebang untuk menanam tumbuhan untuk biodiesel tersebut. Kebun sawit diperluas dan hutan alam dibabat. Dengan mobil listrik kita tidak perlu lagi menebang hutan, cukup menambah sumber listrik baru.
Ketiga, mobil listrik bebas polusi. Jakarta adalah salah satu kota dengan polusi udara terbanyak, karenanya akan menjadi solusi yang menguntungkan lingkungan hidup.
Keempat, mobil listrik bisa menempatkan Indonesia menjadi “pemain” baru di dunia otomotif karena pada dasarnya kita sebenarnya punya potensi mendahului bangsa asing.
Dengan begitu banyaknya keuntungan, tidakkah saatnya pemerintah ke depan, Jokowi dan JK, menjadikan mobil listrik dalam daftar agenda penting bangsa?
Sebuah mobil sport sangat elegan bewarna kuning bertengger di salah satu sudut ruang pameran Jakarta International Motor Show 2014. Tidak seperti mobil lain yang dipamerkan di ruang terbuka hingga dapat dikagumi banyak orang, mobil ini terkesan nyempil di sudut sempit ruang beratap terpal.
Pemandangan yang cukup membuat saya bertanya-tanya, bagaimana mungkin mobil yang terlihat sangat mahal dan elegan, terparkir di tempat yang tidak strategis?
Ternyata, mobil yang diberi nama Selo tersebut merupakan karya anak bangsa. Lebih mengagumkan lagi, ia menggunakan bahan bakar listrik.
Selo adalah mobil dengan konsep sport car berbalut warna kuning yang tampilannya dibuat oleh perajin mobil asal Yogyakarta, 'Kupu-Kupu Malam'. Mobil rekaan para pionir mobil listrik Indonesia ini memiliki kecepatan maksimum 200 km/jam, dengan kekuatan baterai yang mampu bertahan hingga enam jam.
Melihat posisi di mana mobil mendapat tempat di JIMS 2014, saya bisa menduga bahwa keberadaannya tidak mendapat dukungan sebagaimana seharusnya, dan ternyata dugaan itu benar.
Tanpa alasan jelas, bahkan mobil yang prototipenya menghabiskan dana miliaran rupiah ini masih sulit sekali mendapat izin jalan. Jika alasan keamanan, saya yakin Selo jauh lebih aman dari bajaj buatan India yang sudah melanglang buana di mana-mana.
Kecelakaan yang sempat terjadi pada prototipe pertama, dalam pendapat saya, merupakan harga sebuah perkembangan teknologi. Kapal terbang pertama juga jatuh sebelum jauh mengudara. Tidak diinginkan tentu, tetapi merupakan bagian dari proses penyempurnaan.
Jika keraguan disebabkan alasan teknologi, meski asli Indonesia, sosok di belakang pembuatan mobil listik ini, Ricky Elson, justru sudah dikenal kiprahnya di Negeri Sakura. Pemuda asal Padang tersebut sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh Pemerintah Jepang.
Di perusahaan lamanya, Nidec Corporation, yang bergerak di bidang elektronik dan memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor, sekitar 80 persen produknya merupakan karya pemuda ini.
Apakah mobil listrik kurang mendapat dukungan dari berbagai pihak karena dikhawatirkan jika terwujud keberadaannya bakal mengancam industri otomotif nasional? Tapi, alasan itu tidak masuk akal sebab jika mobil listrik sudah sukses, otomotif dunia justru akan menyesuaikan diri karena saat ini kelangkaan bahan bakar fosil sudah menjadi ancaman dunia.
Mobil listrik seharusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah sebab memiliki banyak alasan logis yang dapat mengangkat harga diri bangsa indonesia. Pertama, BBM adalah masalah paling utama yang menggerogoti keuangan negara. Subsidi BBM menghabiskan 40 persen anggaran negara dan juga tidak tepat sasaran. Harga BBM di Indonesia termasuk termurah, lebih tepatnya nomor 13 termurah di dunia. Negara lain yang menjual lebih murah adalah negara pengekspor minyak, sedangkan Indonesia kini adalah pengimpor minyak. Bahkan, harga BBM kita lebih murah dari Venezuela dan Uni Emirat Arab yang merupakan penghasil minyak utama di dunia.
Diperkirakan dalam kurun waktu 11 tahun jika tidak ada perubahan gaya konsumsi BBM maka cadangan di Indonesia yang hanya 0,02 persen minyak dunia akan habis. Kebutuhan minyak di Tanah Air saat ini sekitar 1,6 juta liter per hari. Padahal, kilang minyak kita hanya menghasilkan 788 ribu barel setiap hari. Tanpa perubahan berarti, pada tahun 2018 Indonesia bisa menjadi pengimpor minyak terbesar di dunia.
Kedua, mobil berbahan bakar listrik adalah energi yang terbarukan dengan risiko terkecil terhadap kerusakan lingkungan. Ketika Barat mempromosikan biodiesel, sekalipun kelihatannya ramah lingkungan, kenyataannya banyak hutan alam yang ditebang untuk menanam tumbuhan untuk biodiesel tersebut. Kebun sawit diperluas dan hutan alam dibabat. Dengan mobil listrik kita tidak perlu lagi menebang hutan, cukup menambah sumber listrik baru.
Ketiga, mobil listrik bebas polusi. Jakarta adalah salah satu kota dengan polusi udara terbanyak, karenanya akan menjadi solusi yang menguntungkan lingkungan hidup.
Keempat, mobil listrik bisa menempatkan Indonesia menjadi “pemain” baru di dunia otomotif karena pada dasarnya kita sebenarnya punya potensi mendahului bangsa asing.
Dengan begitu banyaknya keuntungan, tidakkah saatnya pemerintah ke depan, Jokowi dan JK, menjadikan mobil listrik dalam daftar agenda penting bangsa?
COMMENTS