Oleh: Isa Alamsyah Dalam sebuah tulisan, terutama cerpen, jumlah kata terbatas, karena itu pastikan setiap kalimat atau memang benar-ben...
Oleh: Isa Alamsyah
Dalam sebuah tulisan, terutama cerpen, jumlah kata terbatas, karena itu pastikan setiap kalimat atau memang benar-benar penting.
Sebenarnya ini juga berlaku di novel maupun tulisan non fiksi.
Misalnya begini.
Sejak kecil ayahku suka bela diri.
Bahkan di ruang tamu dipajang dua bilah pedang samurai yang terpasang rapih bersilangan. Setiap liburan ayah menurunkan kedua pedang samurainya, melap dan memastikan pedang asli jepang tersebut tetap tajam dan bersinar.
bla...bla...bla...
Lalu hari itu datanglah.
Segerombolan perusuh masuk ke komplek rumah kami. Mereka merusak apa saja yang mereka lewati. Termasuk rumahku.
Kami semua bersembunyi. Untung saja kami punya ruang rahasia di bawah tanah.
bla...bla...bla...
Hari sudah gelap, tidak ada suara.
Nampaknya suasana sudah aman.
Kami semua keluar dari persembunyian. ternyata sudah banyak polisi dan petugas keamanan, dan situasi sudah kembali aman.
TAMAT.
Apa yang salah.
Penulis menceritakan tentang pedang, asli Jepang, diasah terus, mengkilat, ayahnya bela diri, tentunya pembaca berharap ada kepentingan atas detail tersebut.
Entah ayahnya menggunakan pedang untuk mengusir perusuh atau melakukan hal-hal yang menakjupkan dengan pedang tersebut.
Tapi ternyata sampai akhir, pedang itu tidak dibahas lagi dan tidak ada pengaruh apa-apa terhadap cerita. Bahkan tidak diceritakan apakah ayah bersembunyi membawa pedang atau apakah akhirnya pedangnya hilang diambil perusuh.
Nah ini yang namanya detail tidak penting.
Kita memasukkan suatu paparan panjang yang sampai akhir cerita ternyata tidak terpakai.
Kesalahan penulis pemula, sering memberikan info atau keterangan sekedar tempel saja, tanpa ada gunanya hingga cerita berakhir.
Tentang detail ini saya sangat terkesan ketika membaca cerpen Asma Nadia yang berjudul "Cinta Begitu Senja" cerpen yang ada di buku kumpulan Cerpen Emak Ingin Naik Haji."
Kisah tentang perasaan cinta yang bertahan lama sekalipun muncul sejak masa kanak-kanak.
Di dalam kisah itu digambarkan Fajar sang bocah yang sering membantu Senja (gadis tetangga).
Salah satunya ia sering mengembalikan bola bekel yang memantul nyasar kerumahnya. Ia selalu mengantarkan bola bekel yang nyasar ke rumahnya ke rumah Senja.
Kelihatannya simple, tetapi detail ini ternyata penting dan bukan sekedar tempelan.
Di pertengahan cerita kita baru akan sadar bola bekel tersebut bukan sekedar contoh saja.
Tapi saya tidak bisa ceritakan detail bagaimana Asma menyembunyikan detail bekel itu, karena nanti mengurangi kenikmatan membaca cerpen tersebut.
Tapi cerpen itu bagus untuk memahami betapa sebuah detail tidak terasa menjadi sebuah kunci dalam sebuah cerita.
Buat yang sudah membaca tentu mengerti maksud saya.
Intinya, ketika menulis, pastikan info atau detail yang ada ada gunanya bukan sekedar tempelan yang kalau dihilangkan tidak berpengaruh apa-apa.
COMMENTS